Article Detail

Moral, Moralitas dan Etika pada Anak Usia Dini

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moral memiliki makna akhlak/ tingkah laku yang susila, sedangkan moralitas dimaknai dengan kesulilaan. Etika diantikan dengan tata susila atau cabang filsafat yang membahas nilai-nilai dalam perilaku manusia. Masing-masing istilah ini saling berhubungan satu sama lain. Mereka saling menguatkan dan melengkapi serta dapat digunakan sesuai konteks dan kebutuhan.

Dalam perkembangannya, pembahasan mengenai moral mengalami pasang surut dikarenakan terjadinya perubahan tatanan sosial maupun tuntutan zaman. Norma kadang dianggap menjadi penghalang oleh sekelompok orang yang tidak mau menerimanya. Meskipun, mereka sendirilah yang dulunya menyusun dan menyepakati keberadaaan norma untuk menata perilaku manusia.

Sebagai sarana pelestarian moralitas, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting. Jalur pendidikan yang di mulai sejak usia dini diharapkan mampu membangun kehidupan manusia yang menjunjung tinggi moralitas kemuliaan manusia.  

Dengan kata lain, manusia hendaknya hidup dengan memiliki moralitas yang baik dalam hidup bermasayarakat, manusia merupakan makhluk sosial. Moral adalah tingkah laku, moralitas adalah kesusilaan dan etika adalah ilmu yang mempelajari

Tahapan Perkembangan Moral Anak

Usia 3-4 Tahun Menurut Para Ahli           

Tahapan perkembangan moral anak disebut juga dengan pola perkembangan moral anak. Ruang lingkupnya adalah kejiwaan dalam menginternalisasi nilai moral pada dirinya sendiri, memersonalisasi dan mengembangkannya, mematuhi, melaksanakan, menentukan pilihan, menyikapi/ menilai, dan melakukan tindakan nilai moral.

Menurut Fawzia (1999:75) di buku metode pengembangan moral dan nilai-nilai agama (Otob Satibi Hidayat) tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral atau nonmoral karena pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani. Fawzia menambahkan bahwa pokok pertama yang tepenting dalam pendidikan moral adalah menjadi pribadi yang bermoral dalam arti seorang anak dapat belajar apa yang diharapkan kelompoknya.

Thomas Lickona (1991) di buku metode pengembangan moral dan nilai-nilai agama (Otob Satibi Hidayat) lebih mengkaitkan moral dengan pendidikan karakter. Ia menyebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang dapat membentuk pribadi sesorang melalui budi perkerti. Berikut perkembangan moral menurut para ahli.

 Perkembangan Moral Anak Menurut Piaget

Menurut Piaget anak berpikir moral dalam dua tahap, yaitu:

1. Tahap moralitas heteronomus terjadi pada anak usia 4-7 tahun.

-          Anak menganggap keadian dan aturan sebagai sifat dunia yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia.

-          Anak menimbang perilaku benar dan baik dengan menimbang akibat dari perilaku itu.

-          Aturan itu selalu sama dan tidak dapat diubah.

-          Menyakini bahwa kejahatan sama dengan hukuman.

2. Tahap moralitas otonomos terjadi pada anak usia 10 tahun keatas.

-          Anak sudah menyadari bahwa aturan dan hukum diciptakan oleh manusia.

-          Maksud dan niat pelaku lebih penting daripada akibatnya.

-          Aturan merupakan kesepakatan belaka.

-          Hukuman merupakan alat sosial tergantung pada kondisinya

Perkembangan Moral Menurit Kohlberg

Level perkembangan penalaran moral menurut Kohlberg adalah sebagai berikut:

-          Level 1: penalaran moral prokonvensional (tahap orientasi hukuman, kepatuhan, orientasi individualisme dan orientasi instrumental.

-          Level 2: penalaran moral konvensional (tahap orientasi konformitas interpersonal, orientasi hukuman dan aturan.

-          Level 3: penalaran moral pascakonvensional (tahap orientasi kontrak sosial dan orientasi etis universal.

Makalah ini hanya berorientasi pada perkembangan anak usia dini, sehingga yang dibahas hanya pada level 1. Pada level ini ada dua tahap, yaitu

1. Orientasi hukuman dan kepatuhan

Pada tahap ini lebih didominasi oleh penalaran moral yang mengacu pada kepatuhan atau hukuman oleh figur berkuasa. Suatu tindakan dinilai benar atatu salah tergantung dari hukumannya.

2. Orientasi individualisme dan tujuan instrumental

Pada tahap ini acuan moral anak masih pada peristiwa eksternal fisik. Suatu tindakan dinilai benar atau salah berkaitan dengan kejadian eksternal.

Kurikulum yang sesuai dengan perkembangan anak (developmentally appropiated curriculum) adalah kurikulum untuk mendidik anak sesuai dengan cara anak belajar dan perkembangan anak.

 Perkembangan Moral Menurut Thomas Lickona

Lickona menyebutkan bahwa untuk mendidik anak pada tataran moral action diperluka 3 proses pembinaan, yaitu:

  1. Moral knowing
  2. Moral feeling
  3. Moral action

Ketiganya dikembangkan secara terpadu dan seimbang sehingga anak dapat berkembang secara optimal.

Usia 5-6 Tahun Menurut Para Ahli

Pada usia ini, perkembangan seseorang cenderung lebih matang dan meningkat. Hassan (2000) di buku metode pengembangan moral dan nilai-nilai agama (Otob Satibi Hidayat) menjelaskan bahwa pendidikan dasar dalam sistem pendidikan di Indonesia menitikberatkan pada pengembangan kepribadian sehingga muatan multikultur menjadi penting. Anak diberi kesempatan untuk mengenal berbagai perbedaan sebagai bagian dari keberagaman budaya Indonesia.

Secara prinsip, perkembangan dasar dari aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama adalah sebagai berikut.

  1. Dapat mengucapkan bacaan doa dan lagu keagamaan secara sederhana
  2. Dapat meniru gerakan ibadah secara sederhaan
  3. Dapat mengenal dan menyayangi ciptaan Tuhan
  4. Dapat mengenal sopan santun dan mulai berprilaku saling menghormati


*dari berbagai sumber

Chatarina Sella Suprehatiningsih

Guru TK Santo Yosef

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment